Sebelum ditetapkannya tentang kalender bagi umat Islam, bermunculan gagasan tentang perlunya umat Islam memiliki perhitungan tahun, ada sebagian sahabat Nabi yang berpendirian tak perlu adanya kalender Islam, namun ada juga yang mengatakan perlu.
Sehingga kemudian disepakati, bahwa umat Islam perlu memiliki kalender atau penanggalan sendiri. Hanya saja, umat Islam masih berselisih tentang titik tolak dimulainya tahun Islam itu. Ada yang berpendapat bahwa tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW menjadi batu pijak dimulainya tahun Islam,ada juga yang berpendapat supaya perhitungan itu mengacu pada tahun wafatnya Nabi Muhammad atau tahun pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau Rasul. Yang lain berpendapat agar perhitungan itu mengacu pada peristiwa hijrah Nabi. Nabi sendiri pernah bersabda bahwa dirinya diberi tiga pilihan tempat hijrah dari Allah SWT, yaitu Madinah, Bahrain, dan Qinnasrin (sebuah kota di Syam). dan Nabi lebih memilih Madinah
Bersama itu masih juga terjadi silang pendapat tentang bulan pertama dalam tahun Islam tersebut. Beberapa sahabat ada yang mengusulkan bahwa bulan pertama adalah Muharram, sahabat lain mengusulkan bulan pertama adalah Ramadhan, dan sahabat yang lain mengusulkan Rabiul Awwal sebagai bulan pertama.
TINGGALKAN KALENDER ROMAWI
Akhirnya Ummar bin Khattab sebagai kepala negara segera memveto bahwa tahun Islam dimulai dari momen hijrah dengan bulan Muharram sebagai bulan pertama, alasannya adalah karena pada bulan itu termasuk diharamkannya peperangan, kemungkinan lain karena bulan Muharram adalah bulan pertama kalinya umat Islam hijrah.
Hijrah adalah babak baru perjuangan Islam. Di Madinah hukum bisa dijalankan dengan adil, kesejahteraan masyarakat bisa ditingkatkan, nilai - nilai kemanusiaan sebagai sumbu ajaran Islam secara gradual bisa ditegakkan.
Tampaknya dengan sengaja Khalifah Umar tidak mendasarkan perhitungan kalender Islam pada tahun kelahiran, kematian, dan kenabian Muhammad, melainkan pada momen hijrah yang menyertakan seluruh umat Islam dari Makkah ke Madinah. Momen hijrah diambil, tapi bulan hijrah Nabi yang diperkirakan Rabiul Awal tak otomatis dijadikan sebagai bulan pertama dalam kalender Islam, ini berguna agar umat Islam tak terjebak pada kultus yang berujung pada penuhanan dan penyembahan tubuh Muhammad SAW. Tubuh jasad Muhammad SAW yang fana telah dikuburkan tapi roh ajaran kemanusiaannya tetap abadi sepanjang masa.
SISTEM KALENDER HIJRIYAH
Dari Muharram sampai Dzulhijjah setiap bulan 30 sampai 29 hari sehingga 354 dari dalam setahun, dalam siklus 30 tahun, 11 tahun adalah kabisat (Dzulhijjah dijadikan 30 hari), yaitu tahun ke 2,5,7,10,13,16,18,21,24,26, dan 29. Pada tanggal 31 Januari 2006, kita mulai tahun baru 1 Muharram 1427 Hijriyah, tahun ke 17 dalam siklus 1411 - 1440.
Oleh karena peredaran bulan adalah sesuatu yang eksak, maka awal puasa dan Idul Fitri pada masa mendatang sudah dapt kita hitung secara ilmiah.
Setiap 32 atau 33 tahun, dalam satu tahun Masehi terjadi dua kali Idul Fitri awal Januari dan akhir Desember. Seperti pada tahun 2000 lalu. Idul Fitri berdekatan dengan tahun baru Masehi. Fenomena ini pernah terjadi pada tahun 1870, 1903, 1935,1968 dan akan berlangsung lagi tahun 2033, 2065, 2098, 2130 dan seterusnya.
Konversi tahun Hijriyah ke tahun Masehi atau sebaliknya dapat dilakukan dengan memakai rumus:
M = 32/ 33 H + 622
H = 33/32 (M - 622)
Kalender Hijriyah setiap tahun lebih cepat 11 hari dari kalender Masehi, sehingga selisih angka tahun dari kedua kalemder ini lambat laun akan mengecil, angka tahun Hijriyah pelan - pelan akan mengejar angka tahun Masehi, dan menurut rumus diatas, keduanya akan bertemu pada tahun 20526 Masehi yang bertepatan dengan tahun 20526 Hijriyah. Saat itu entah kita berada dimana
"Perhatikanlah waktu, sesungguhnya manusia benar - benar dalam kerugian" demikian pesan suci Al Qur'an
(Wallahu A'lam)
(sumber : majalah Exlucive, oleh Husnu Mufid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar